Di era dan zaman medsos saat ini, semakin banyak saja orang-orang yang berusaha menunjukkan eksistensi dirinya melalui pola tingkah lakunya supaya viral dan terkenal.
Ujung-ujungnya pastilah yang ingin diraih adalah pendapatan yang bukan abal-abal. Dengan fenomena tersebut menunjukkan bahwa untuk menjadi terkenal tidak lagi melalui televisi dan media kompensional sejak adanya media sosial (medsos) seperti facebook, WhatsApp, Twitter, Instagram dan Youtube. Akhirnya orang-orang berlomba-lomba memviralkan dirinya dan terkenal.
Memang pada dasarnya manusia itu ingin diakui keberadaannya dan menunjukkan wujud dengan memberanikan dirinya. Karena dirinya adalah makhluk yang nyata. Kalaupun ada yang malu-malu pada akhirnya tidak sedikit juga yang mau menampilkan melalui unjuk kebolehan.
Unjuk kebolehan bisa saja melalui menyanyi, menari, berpidato serius maupun lucu, beradu ide dan seterusnya. Kemudian diviralkan melalui medsos seperti yang penulis sebutkan tadi. Hanya saja itu semua pasti ada batasan norma dan agama.
Tidak sedikit ketika orang-orang memviralkan dirinya namun akhirnya berurusan dengan hukum. Yang awalnya diharapkan pengakuan dari orang-orang tetapi harus berakhir di pengadilan dan bui.
Saran penulis kepada orang-orang yang memviralkan dirinya di medsos semestinya berfikirlah sedikit sebelum dishare dan diviralkan. Jangan asal senang saja lalu dibagi. Fikirkan dahulu, etis atau tidaknya apa yang akan diviralkan itu. Adakah menyingggung SARA ? Makanya sebelum dishare, ada baiknya dikonsultasikan dulu kepada orang-orang yang tentunya memiliki kapasitas berwawasan hukum dan agama. Supaya nantinya setelah viral tidak kontrover akhirnya sial deh.
Jadi, berfikirlah sebelum viral. Dunia ini memang permainan dan sendagurau seperti kata agama. Tetapi dalam permainan dan sendagurau itu tentunya ada aturan dan batasan yang berlaku. Semoga bermanfaat.
Ujung-ujungnya pastilah yang ingin diraih adalah pendapatan yang bukan abal-abal. Dengan fenomena tersebut menunjukkan bahwa untuk menjadi terkenal tidak lagi melalui televisi dan media kompensional sejak adanya media sosial (medsos) seperti facebook, WhatsApp, Twitter, Instagram dan Youtube. Akhirnya orang-orang berlomba-lomba memviralkan dirinya dan terkenal.
Memang pada dasarnya manusia itu ingin diakui keberadaannya dan menunjukkan wujud dengan memberanikan dirinya. Karena dirinya adalah makhluk yang nyata. Kalaupun ada yang malu-malu pada akhirnya tidak sedikit juga yang mau menampilkan melalui unjuk kebolehan.
Unjuk kebolehan bisa saja melalui menyanyi, menari, berpidato serius maupun lucu, beradu ide dan seterusnya. Kemudian diviralkan melalui medsos seperti yang penulis sebutkan tadi. Hanya saja itu semua pasti ada batasan norma dan agama.
Tidak sedikit ketika orang-orang memviralkan dirinya namun akhirnya berurusan dengan hukum. Yang awalnya diharapkan pengakuan dari orang-orang tetapi harus berakhir di pengadilan dan bui.
Saran penulis kepada orang-orang yang memviralkan dirinya di medsos semestinya berfikirlah sedikit sebelum dishare dan diviralkan. Jangan asal senang saja lalu dibagi. Fikirkan dahulu, etis atau tidaknya apa yang akan diviralkan itu. Adakah menyingggung SARA ? Makanya sebelum dishare, ada baiknya dikonsultasikan dulu kepada orang-orang yang tentunya memiliki kapasitas berwawasan hukum dan agama. Supaya nantinya setelah viral tidak kontrover akhirnya sial deh.
Jadi, berfikirlah sebelum viral. Dunia ini memang permainan dan sendagurau seperti kata agama. Tetapi dalam permainan dan sendagurau itu tentunya ada aturan dan batasan yang berlaku. Semoga bermanfaat.
Comments
Post a Comment